Mahasiswa S1 Teknik Elektro Berkontribusi dalam Pemasangan Teleproteksi Guna Menjaga Kehandalan Proteksi Sistem Tenaga Listrik antar Gardu Induk Buduran dan Gardu Induk Sidoarjo

Keandalan sistem proteksi merupakan elemen penting dalam menjaga stabilitas jaringan kelistrikan, terutama pada gardu induk (GI) yang saling terhubung. Sistem proteksi berfungsi untuk mendeteksi dan menangani gangguan secara cepat, sehingga risiko kerusakan lebih lanjut pada jaringan listrik dapat diminimalkan. Salah satu inovasi yang mendukung tujuan ini adalah pemasangan sistem teleproteksi. Sistem teleproteksi bekerja dengan mengirimkan sinyal trip dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya dalam waktu yang sangat singkat. Teknologi ini memanfaatkan media transmisi berkecepatan tinggi, seperti serat optik, untuk memastikan sinyal proteksi dapat diteruskan tanpa gangguan.
Gambar 1 Foto di Gardu Induk
Gambar 2 Briefing tim sebelum pengerjaan.
Pada jaringan kelistrikan antara GI Buduran dan GI Sidoarjo, kecepatan respon sistem proteksi menjadi prioritas utama. Keterlambatan dalam merespons gangguan dapat menyebabkan kerusakan serius pada peralatan dan gangguan yang lebih luas pada jaringan listrik. Oleh karena itu, pemasangan teleproteksi dirancang untuk mempercepat pengiriman sinyal trip ke relay proteksi, sehingga tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efektif. Dalam konteks ini, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tahapan pemasangan teleproteksi, mulai dari koneksi power supply hingga pengujian relay proteksi, sebagai upaya untuk meningkatkan keandalan sistem proteksi terhadap gangguan.
Tahapan Pemasangan Teleproteksi
Pemasangan ke Power Supply
Langkah pertama dalam instalasi teleproteksi adalah menyambungkan perangkat ke sumber daya listrik (power supply). Teleproteksi memerlukan tegangan kerja yang stabil, yaitu sebesar 48 VDC, agar dapat berfungsi dengan optimal. Koneksi ini dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan tidak terjadi lonjakan arus atau gangguan yang dapat merusak perangkat. Setelah perangkat dihubungkan, dilakukan pengujian awal untuk memastikan perangkat mendapatkan pasokan listrik yang memadai dan beroperasi dengan normal.
Pemasangan Teleproteksi ke Relay
Tahap berikutnya adalah menghubungkan perangkat teleproteksi ke relay proteksi. Proses ini melibatkan pemasangan kabel output dari perangkat teleproteksi ke input relay sesuai dengan standar konfigurasi. Tujuan dari langkah ini adalah agar sinyal proteksi yang dikirimkan oleh teleproteksi dapat diterima oleh relay untuk memerintahkan tindakan trip. Pemasangan ini dilakukan dengan memperhatikan dokumentasi teknis dan diagram koneksi yang telah disediakan.
Gambar 3 Pemasangan teleproteksi ke relay
Menghubungkan Teleproteksi dan Relay antara GI Buduran dan GI Sidoarjo
Setelah perangkat teleproteksi berhasil dipasang pada masing-masing relay, langkah selanjutnya adalah menghubungkan kedua perangkat teleproteksi di GI Buduran dan GI Sidoarjo. Dalam konfigurasi ini, kabel serat optik digunakan sebagai media penghubung antar gardu induk. Kabel serat optik dipilih karena memiliki kecepatan transmisi yang tinggi dan tingkat gangguan yang rendah. Proses ini memastikan kedua relay proteksi dapat saling berkomunikasi secara real-time untuk mendeteksi dan merespons gangguan dengan cepat.
Pengujian Relay Proteksi
Tahapan terakhir adalah pengujian relay proteksi menggunakan alat uji proteksi Omicron. Alat ini dihubungkan ke test block relay untuk menguji berbagai parameter proteksi, seperti overcurrent dan distance. Pengujian ini bertujuan untuk memastikan bahwa relay dapat merespons sinyal trip dari perangkat teleproteksi dengan akurat dan dalam waktu yang sangat singkat. Hasil pengujian dianalisis untuk memastikan bahwa sistem proteksi telah berfungsi sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
Gambar 4 Pengujian Relay Proteksi
Pemasangan teleproteksi antara GI Buduran dan GI Sidoarjo terbukti menjadi langkah signifikan dalam meningkatkan keandalan sistem proteksi jaringan kelistrikan. Dengan teleproteksi, waktu respon relay proteksi terhadap gangguan dapat dipercepat secara signifikan, sehingga meminimalkan risiko kerusakan lebih lanjut pada peralatan dan jaringan listrik. Proses pemasangan yang meliputi koneksi ke power supply, pemasangan ke relay, penghubungan antar-GI, hingga pengujian relay, menunjukkan pentingnya koordinasi dan akurasi dalam setiap tahap untuk memastikan sistem bekerja sesuai harapan. Melalui pengalaman ini, penerapan teknologi teleproteksi dapat menjadi solusi yang efektif dalam meningkatkan keamanan dan efisiensi operasional sistem kelistrikan di masa depan.
Pemilik Karya
Muchamad Salman Al Farisi 22050874015
Teknik Elektro UNESA